MENJADI JAGOAN DAN JURAGAN DI KAMPUNG SENDIRI
Tidak dapat dipungkiri bahwa DKI Jakarta adalah “Surga” bagi sekitar 200 juta penduduk Indonesia. Ketimpangan pembangunan di Indonesia, fokusnya pembangunan hanya di kota-kota besar di Indonesia membuat Jakarta memberikan harapan yang sangat besar bagi seluruh penduduk Indonesia. Contoh kecilnya : di Jakarta hanya bermodalkan penutup botol (sekrup) saja, dengan sedikit kemauan untuk bernyanyi di depan orang banyak, maka jika hanya untuk makan dan minum 3 kali sehari, di Jakarta bukanlah hal yang sulit.
http://www.facebook.com/pages/Jakarta-Indonesia/FORUM-BETAWI-REMPUG-FBR-SEJABODETABEK/195902885857#/pages/Jakarta-Indonesia/FORUM-BETAWI-REMPUG-FBR-SEJABODETABEK/195902885857?v=wall&viewas=1475017293
Untuk itu banyak penduduk Indonesia yang berasal dari luar Jakarta berbondong bondong datang ke Jakarta baik secara pribadi maupun membawa kelompok-kelompok legal maupun ilegal. Beberapa kelompok yang ada di Jakarta misalnya Pemuda Pancasila dimana ketuanya adalah salah satu tetua adat papua, Pemuda Panca Marga dimana ketuanya adalah tokoh timor-timor, kelompok Daud Key, Jhon Key, dan Sangaji kelompok orang-orang yang berasal dari Ambon, dan di Jakarta juga tersebar berbagai anekdot yang mengidentikan satu suku dengan satu pekerjaan, misalnya tukang kredit identik dengan orang-orang yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat, Warung Tegal identik dengan orang Tegal, Tukang copet kebanyakan dari oknum masyarakat Palembang, pedagang besi tua dari suku Madura, sopir angkot dan metromini dari Batak, dan pedagang kaki lima (baju) identik dengan orang-orang yang berasal dari daerah Padang.
Beruntung jika para pendatang tersebut mendapat kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak, misalnya menjadi karyawan atau pegawai di suatu perusahaan di Jakarta. Tapi dari hasil pengamatan, 90% dari pendatang yang datang tanpa bekal yang cukup baik skill maupun uang, hidup mereka terpuruk dan terpaksa mencari makan dengan menduduki misalnya lahan parkir, menjaga tanah sengketa, maupun keamanan pasar-pasar tradisional di Jakarta.
Baca entri selengkapnya »